Nama
Kelompok :
1. Bernardus Tony Gajo (12214143)
2. Echa Arkadini (13214385)
3. Denvy Ramadi Putri (12214716)
4. Muhammad Farras Y (17214232)
5. Tri Kusuma (1A214836)
Kelas 1EA05
ILMU BUDAYA DASAR
RESENSI
NOVEL
Tenggelamnya
Kapal Van Der Wijck
Unsur Intrinsik
• Judul
buku : Tenggelamnya
Kapal Van Der Wijck
• Pengarang
: Haji
Abdul Malik Karim Amrullah atau HAMKA
•
Penerbit
: Percetakan Bulan Bintang
•
Tahun
terbit : 1939
•
Cetakan : 25, Agustus 2001
•
Tebal
buku : 224 halaman
•
Tokoh :
1. Zainudin adalah seorang yang baik
hati, dermawan, sedikit pendendam dan pengertian
2. Mak Base adalah orang tua angkat
yang penyayang dan tulus.
3. Haryati, gadis yang penurut,sabar
dan teguh hati
4. Aziz, pria yang kurang bertanggung
jawab dan gampang menyerah
5. Muluk adalah seorang sahabat yang
baik hati
• Latar :
1. Desa Batipuh,
Minangkabau (Kampung halaman Zainudin)
2. Makassar
3. Jakarta,
dirumah muluk dan zainudin
4. Surabaya (Rumah
aziz dan Hayati)
5. Penampungan
Korban tenggelamnya kapal Van Der Wijk (surabaya)
• Amanat
Setiap sesuatu
itu dapat diambil hikmahnya,Dalam menghadapi liku-liku kehidupan hendaknya selalu
sabar dan tabah tanpa lupa dengan ikhtiar dan tawakal,Suatu usaha harus kita
coba dalam beberapa hal,Kemiskinan bukanlah penghalang bagi keberhasilan
• Alur
Alur Maju karna pengarang
menyuguhkan kisah zainudin dari awal hingga zainudin meninggal akhirnya.
• Sudut pandang
Dalam Novel Tenggelamnya kapal Van Der Wijk sudut pandang yang digunakan
adalah pandangan orang ketiga karena
lebih banyak memakai kata ganti orang “dia” maupun juga nama si tokoh .
•
Gaya Penulisan
Gaya penulisan novel ini adalah bahasa yang
sedang trend dimasanya. Hal ini tampak jelas dengan banyaknya penulisan dengan
gaya ejaan Indonesia lama. Pengaruh Melayu juga dapat kita lihat dengan jelas
yang ditandai dengan penggunaan pantun dan sajak.
• Nilai
Nilai yang di
bahas adalah nilai sosial, budaya dan agama. Karna dalam novel inii
membahas tentang keturunan,
Pelajaran-pelajaran hidup dan juga kesenggangan sosial yang terjadi di
masyarakatnya.
•
Kelebihan buku
Penggunaan bahasa yang halus, bebas dan terkesan apa
adanya pun menjadi daya tarik tersendiri bagi pembaca untuk membacanya hingga
akhir dari karya ini. Rangkaian peristiwa dan konflik yang disusun sedemikian
rupa juga penokohan yang kuat dari setiap karakter, penggambaran latar yang
tepat hingga alur cerita yang mengalun indah.
•
Kelemahan buku
Kritikan
kritikan tokoh utama dalam novel ini dapat dipandang sebagai celaan terhadap
adat budaya. Pengarang sering kali mengkritik unsur unsur adat budaya yang
menurutnya agak menyimpang secara berlebihan walaupun dengan bahasa yang halus
dan bisa menimbulkan kesan negatif pada pembaca terhadap budaya
tersebut.Dilihat dari segi ketata bahasaan, penggunaan bahasa asli yang
digunakan pengarang terkadang menyulitkan pembaca dalam menyelami karyanya.
Biografi
Ulama, Politisi dan Sastrawan Besar
Buaya Hamka seorang ulama, politisi dan sastrawan besar yang tersohor dan dihormati di kawasan Asia. HAMKA adalah akronim namanya Haji Abdul Malik bin Abdul Karim Amrullah. Lahir di kampung Molek, Maninjau, Sumatera Barat, 17 Februari 1908 dan meninggal di Jakarta 24 Juli 1981.Dia diberikan sebutan Buya, yaitu panggilan buat orang Minangkabau yang berasal dari kata abi, abuya dalam bahasa Arab, yang berarti ayah kami, atau seseorang yang dihormati.
Buaya Hamka seorang ulama, politisi dan sastrawan besar yang tersohor dan dihormati di kawasan Asia. HAMKA adalah akronim namanya Haji Abdul Malik bin Abdul Karim Amrullah. Lahir di kampung Molek, Maninjau, Sumatera Barat, 17 Februari 1908 dan meninggal di Jakarta 24 Juli 1981.Dia diberikan sebutan Buya, yaitu panggilan buat orang Minangkabau yang berasal dari kata abi, abuya dalam bahasa Arab, yang berarti ayah kami, atau seseorang yang dihormati.
Ayahnya,
Syeikh Abdul Karim bin Amrullah, disapa Haji Rasul, seorang pelopor Gerakan
Islah(tajdid) di Minangkabau, sekembalinya dari Makkah 1906.HAMKA mendapat
pendidikan rendah di Sekolah Dasar Maninjau sehingga Darjah Dua. Ketika usia
HAMKA mencapai 10 tahun, ayahnya telah mendirikan Sumatera Thawalib di Padang
Panjang. Di situ HAMKA mempelajari agama dan mendalami bahasa Arab. HAMKA juga
pernah mengikuti pengajaran agama di surau dan masjid yang diberikan ulama
terkenal seperti Syeikh Ibrahim Musa, Syeikh Ahmad Rasyid, Sutan Mansur, R.M.
Surjoparonto dan Ki Bagus Hadikusumo.Hamka mula-mula bekerja sebagai guru agama
pada tahun 1927 di Perkebunan Tebing Tinggi, Medan dan guru agama di
Padangpanjang pada tahun 1929. HAMKA kemudian dilantik sebagai dosen di
Universitas Islam, Jakarta dan Universitas Muhammadiyah, Padangpanjang dari
tahun 1957 hingga tahun 1958. Setelah itu, beliau diangkat menjadi rektor
Perguruan Tinggi Islam, Jakarta dan Profesor Universitas Mustopo, Jakarta. Dari
tahun 1951 hingga tahun 1960, beliau menjabat sebagai Pegawai Tinggi Agama oleh
Menteri Agama Indonesia, tetapi meletakkan jabatan itu ketika Sukarno
menyuruhnya memilih antara menjadi pegawai negeri atau bergiat dalam politik
Majlis Syura Muslimin Indonesia (Masyumi).
Hamka adalah seorang otodidiak dalam berbagai bidang ilmu
pengetahuan seperti filsafat, sastra, sejarah, sosiologi dan politik, baik
Islam maupun Barat. Dengan kemahiran bahasa Arabnya yang tinggi, beliau dapat
menyelidiki karya ulama dan pujangga besar di Timur Tengah seperti Zaki Mubarak,
Jurji Zaidan, Abbas al-Aqqad, Mustafa al-Manfaluti dan Hussain Haikal. Melalui
bahasa Arab juga, beliau meneliti karya sarjana Perancis, Inggris dan Jerman
seperti Albert Camus, William James, Sigmund Freud, Arnold Toynbee, Jean Paul
Sartre, Karl Marx dan Pierre Loti. Hamka juga rajin membaca dan bertukar-tukar
pikiran dengan tokoh-tokoh terkenal Jakarta seperti HOS Tjokroaminoto, Raden
Mas Surjoparonoto, Haji Fachrudin, Ar Sutan Mansur dan Ki Bagus Hadikusumo
sambil mengasah bakatnya sehingga menjadi seorang ahli pidato yang handal.Hamka
juga aktif dalam gerakan Islam melalui pertubuhan Muhammadiyah. Beliau
mengikuti pendirian Muhammadiyah mulai tahun 1925 untuk melawan khurafat,
bidaah, tarekat dan kebatinan sesat di Padang Panjang. Mulai tahun 1928, beliau
mengetuai cabang Muhammadiyah di Padang Panjang. Pada tahun 1929, Hamka
mendirikan pusat latihan pendakwah Muhammadiyah dan dua tahun kemudian beliau
menjadi konsul Muhammadiyah di Makassar. Kemudian beliau terpilih menjadi ketua
Majlis Pimpinan Muhammadiyah di Sumatera Barat oleh Konferensi Muhammadiyah,
menggantikan S.Y. Sutan Mangkuto pada tahun 1946. Beliau menyusun kembali
pembangunan dalam Kongres Muhammadiyah ke-31 di Yogyakarta pada tahun 1950.Pada
tahun 1953, Hamka dipilih sebagai penasihat pimpinan Pusat Muhammadiah. Pada 26
Juli 1977, Menteri Agama Indonesia, Prof. Dr. Mukti Ali melantik Hamka sebagai
ketua umum Majlis Ulama Indonesia tetapi beliau kemudiannya meletak jawatan
pada tahun 1981 karena nasihatnya tidak dipedulikan oleh pemerintah Indonesia.
Kegiatan
politik HAMKA bermula pada tahun 1925 apabila beliau menjadi anggota parti
politik Sarekat Islam. Pada tahun 1945, beliau membantu menentang kemaraan
kembali penjajah Belanda ke Indonesia melalui pidato dan menyertai kegiatan gerila
di dalam hutan di Medan. Pada tahun 1947, HAMKA dilantik sebagai ketua Barisan
Pertahanan Nasional, Indonesia. Beliau menjadi anggota Konstituante Masyumi dan
menjadi pemidato utama dalam Pilihan Raya Umum 1955. Masyumi kemudiannya
diharamkan oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1960. Dari tahun 1964 hingga
tahun1966, HAMKA telah dipenjarakan oleh Presiden Sukarno kerana dituduh
pro-Malaysia. Semasa dipenjarakanlah maka beliau mula menulis Tafsir al-Azhar
yang merupakan karya ilmiah terbesarnya. Setelah keluar dari penjara, HAMKA
dilantik sebagai ahli Badan Musyawarah Kebajikan Nasional, Indonesia, anggota
Majlis Perjalanan Haji Indonesia dan anggota Lembaga Kebudayaan Nasional,
Indonesia.Selain aktif dalam soal keagamaan dan politik, HAMKA merupakan seorang
wartawan, penulis, editor dan penerbit. Sejak tahun 1920-an lagi, HAMKA menjadi
wartawan beberapa buah akhbar seperti Pelita Andalas, Seruan Islam, Bintang
Islam dan Seruan Muhammadiyah. Pada tahun 1928, beliau menjadi editor majalah
Kemajuan Masyarakat. Pada tahun 1932, beliau menjadi editor dan menerbitkan
majalah al-Mahdi di Makasar.
HAMKA juga pernah menjadi editor majalah Pedoman
Masyarakat, Panji Masyarakat dan Gema Islam.Hamka juga menghasilkan karya
ilmiah Islam dan karya kreatif seperti novel dan cerpen. Karya ilmiah
terbesarnya ialah Tafsir al-Azhar (5 jilid) dan antara novel-novelnya yang
mendapat perhatian umum dan menjadi buku teks sastera di Malaysia dan Singapura
termasuklah Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, Di Bawah Lindungan Kaabah dan
Merantau ke Deli.Hamka pernah menerima beberapa anugerah pada peringkat
nasional dan antarabangsa seperti anugerah kehormatan Doctor Honoris Causa,
Universitas al-Azhar, 1958; Doktor Honoris Causa, Universitas Kebangsaan
Malaysia, 1974; dan gelaran Datuk Indono dan Pengeran Wiroguno daripada
pemerintah Indonesia.Hamka telah pulang ke rahmatullah pada 24 Juli 1981, namun
jasa dan pengaruhnya masih terasa sehingga kini dalam memartabatkan agama
Islam. Beliau bukan sahaja diterima sebagai seorang tokoh ulama dan sasterawan
di negara kelahirannya, malah jasanya di seluruh alam Nusantara, termasuk
Malaysia dan Singapura, turut dihargai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar